Powered By Blogger

Minggu, 08 November 2009


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

Berbicara terntang pengertian, persamaan dan perbedaan antara ahlaq dan etika, moral, dan susila. Untuk menatar dan menciptakan kepribadian peserta didik yang baik untuk mencapai suatu tujuan dalam proses pembelajaran.

Para peserta didik dilatih atau dibimbing untuk mengetahui pengertian akhlak  yang baik dan akhlak yang tercela atau butuk. Dan etika. Moral susila yang akan dibahas secarta detil, karena ketiganya mempunyai hubungan yang sangaty erat atau satu kesatuan. Karena nanti akan di bahas mengenai pengertian, persamaan dan perbedaan antara ketigznya. Dan akhlak merupakan pesan moral bagi para peserta didik agar menjadi orang yang berakhlakul karimah. Yang diddasri prleh etika, moral dan susila.

Pandangan tersebut melatar-belakangi penulis untuk menyusun makalah ini agar menemukan berbagai kesimpulan tentang permasalahn yang diangkat.

B.     Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan yang dapat diangkat sebagai fokus permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Apa pengertian akhlaq, ektika, moral, dan susila
  2. Apa persamaan-persamaan etika, moral, dan susila
  3. Apa perbedaan-perbedaan etika, moral, dan susila

C.     Tujuan Masalah

Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini yaitu sebagai bahan referensi untuk mengetahui seberapa pentingnya ilmu tentang pengertian persamaan dan perbedaan antara akhlaq, etika dan moral susila. Serta sekaligus sebagai bahan tugas untuk memenuhi kekosongan nilai ujian mata kuliah akhlaq dan Tasawwuf

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.     PENGERTIAN AKHLAQ, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA

1. Akhlaq

Akhlaq secara etimologi merupakan bentuk jamak dari khulq artinya perangai, tabiat, pekerti. Sedang secara terminologi akhlaq adalah kemampuan/kondisi jiwa yang merupakan sumber dari segala kegiatan manusia yang dilakukan secara spontan tanpa pemikiran. Akhlaq terbentuk dari latihan dan praktek berulang (Pembiasaan). Sehingga jika sudah menjadi akhlaq tidak mudah dihapus. Akhlaq memiliki kedudukan utama, bahkan menjadi puncak kesempurnaan manusia. Ibnu Miskawih mengatakan bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimnbangan. Imam Al Ghazal mendifinisikan akhlaq sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan,. Mu'jam al Wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlaq adalah sifat baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dalam kitab Dairatul Ma'arif secara singkat akhlaq diartikan sifat-sifat manusia yang terdidik. Akhlaq memiliki cakupan yang luas, yaitu mencakup hubungan kepada Sang Pencipta (Allah), sesama manusia, terhadap diri sendiri, maupun dengan lingkungan atau sesama makhluk Tuhan yang lain. Akhlaq dalam Islam tidak lepas dan terkait erat dengan aqidah dan syariah, ia merupakan buah dan sekalugs puncak dari keduanya. Akhlaq menekankan keutamaan, nilai-nilai, kemuliaan dan kesucan (hati dan perilaku), Akhlaq Islami harus diupayakan agar menjadi sistem nilai (etika/moral) yang mendasari budaya masyarakat. Akhlaq yang baik berpangkal dari ketaqwaan kepada Allah dimanupun berada. Selai itu akhlaqa yang baik merupakan manisfestasi dari kemamuan menahana hawa nafsu dan adanya rasa malu. Agar kita senantiasa berakhlaq baik maka harus selalau menimbang perbuatan dengan hati nurani yang bersih. Salah satu tandat atau ciri akhlaqa yang baik yaitu mendatangkan ketenangan jiwa dan kebahagiaan pelakunya. Tapi sebaiknya jika mendatangkan keraguan, kecemasan dan "ingin tidak diketahui orang lain" merupakan isyarat akhlaq yang buruk. Banyak sekali akhlaq mulia (akhlaqul karimah) yang harus menjadi hiasan seorang muslim, demikian juga banyak akhlaq buruk (akhlaqul madzmumah) yang harus dihindari.

2. Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam KBBI (Kamu Besar Bahasa Indonesia) etika mempunyai banyak ungkapan tentang asas-asas akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli. Ahlad Amin menartikan e3tika sebagai imu yang menjelaskan arti baik buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Soegarda Poerbakawtia mengartikan etika sibagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga nilai-nilai itu sendiri. 2Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimiwakan yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tuhan yang dapat merupakan perbuatan. Austin Fogothey (Seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair) mengatakan bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai Antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan hukum. Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan bahwa etika sebagai cabang filsafat yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral. Dalam Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dan konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya. Dari beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan empat hal :

a.       Dilihat dari obyek formal (Pembahasannya), etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan manusia. Dan sebagai obyek materialnya adalah manusia.

b.      Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka tika tidak bersifat Mutlak, absolut, dan Universa. Akan tetapi terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan, dan sebagainya.

c.       Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatau perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu apakah perbuatan itu akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina 3 dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan manusia.

d.      Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai denga tuntunan zaman, dengan ciri-cirinya yang demikian itu, etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbutan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dilakukan filsof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir. Dengan demikian etika bersifat humanistis anthoropocentris, yakni berdasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh manusia.

  1. Moral

Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa latin, mores (Jamak dari kata mos) yang berarti adat kebiasaan. Dalam KBBI (kamus besar bahasa indonesia) dikatakan moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbutaan dan kelakuan. Secara istilah moral merupakan istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbutan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Di dalam buku The Advanced Learner's Dictionary of Current English, moral mengandung pengertian:

a.       Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.

b.      Kemampuan untuk memahamni perbedaan antara benar dan salah.

c.       Ajaran atau gambaran tingkah laku yang biak. Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.

  1. Susila

Secara bahasa kesusilaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu su dan sila yang mendapat tambahan ke-an, Su berarti baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peratuan hidup atau norma. Susila juga dapat berarti sopan beradab, baik budi bahasanya. Sehingga kesusilaan berarti kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu pada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan di mana orang selaluy menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

B.     PERSAMAAN-PERSAMAAN ETIKA, MORAL, DAN SUSILA

Diantara akhlaq, etika, moral, dan susila memiliki obyek yang sama, yaitu sebagai obyek materialnya adalah manusia dan sebagai obyek formalnya adalah perbuatan manusia yang kemudian ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Dari segi fungsinya sama dalam menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Dari segi tujuannya sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, dan tentaram sehingga sejahtera batiniahnya dan lahiriah. 

C.     PERBEDAAN-PERBEDAAN ETIKA, MORAL, DAN SUSILA

Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur  akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolol ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlaq menggunakan Al-Qur'an dan Al-Hadis untuk menentukan baik-buruknya. Dalam hal ini etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam dataran konsep-konsep (bersifat teoretis), sedangkan moral dipakai untuk perbuatan yang muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat (bersifat praktis). Etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada, sedangkan moral dipakai untuk perbuatan yang untuk sedang dinilai. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, tetapi moral dan susila lebih bersifat local dan individual. Akhlaq yang berdasarkan pada Al-qur'an dan Al Hadis maka akhlaq bersifat mutlak, absolut, dan tidak dapat diubah. Sementara etika, moral, dan susila berdasar pada sesuatau yang berasl dari manusia maka lebih bersifat terbatas dan dapat berubah sesuai tuntunan zaman.

BAB III

PENUTUP

 

A.     Kesimpulan

Seorang dapat dilihat persamaan antara akhlaq, etika, moral, dan susila, yaitu menentukan khukum atau nilai perbuatn manusia dengan keputusan baik dan buruk sedangkan perbedaannya, terletak pada tolak ukurnya masing-masing, dimana akhlaq dalam menilai perbuatan mansua dengan tulok ukur ajaran al-qur'an dan sunnah. Dan etika dengan pertimbangan akal pikiran, dan moral dengan kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat, dan susila perilaku baik sesuai nilai dan norma-norma yang ada.

 

B.     Saran

Pengertian etika moral, susila, persamaa-persamaan dan perbedaan-perbedaannya merupakan bentuk yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Yaitu sebagai objek materialnya adalah manusia dan sebagai obyek formalnya adalah perbuatan manusia baik atau buruk. Dan perbedaannya etik untuk menentukan perbuatan manusia baik ataau buruk menggunakan tolok ukur akan pikiran atau rasio, moral dan susila mamakai tolok ukur norma-norma adat istiadat.

DAFTA PUSTAKA

 

1.      Jamin ahmad, etika (Ilmu Akhlaq) diterjemahkan oleh K.H. Farid ma'ruf, Jakarta : bulan Bintang 1988 cet, ke-5

2.      Ath,- Thahban ; Pribadi muslim. Tangguh, diterjemahkan oleh Marsumi sasaky Jakarta : PUSTAKA al-Kausar 2000, cet ke-I

3.      Arasteh, Reza, Revolusi, Spritual, Akatualisasi dri Fitri,. Diterjemahkan oleh tim inusiasi, Depok : Inisiasi Press, 2002, cet ke-II

4.      Armistrong ; Amatullah, kamus istilah Sufi, diterjemahkan oleh, Ms nasrullah dan ahmad Baquni, Bandung : Mizan, 1996 cet ke-I

5.      Natas, Abuddin. Akhalk tasawuf. 2003 Jakarta : PT Raya Grafindo Persada. Gunawan. http://aagun2010.mutiply.com/universal/item/7/akhlak.al-karimah diakses tanggal 24 Februari 2008